ImamAl-Ghazali meninggal dunia pada 4 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya. [3] 1. Pendidikan Imam Ghazali. Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. FilmPesantren Tunda Rilis di Bioskop karena Kendala Teknis. FOOD. 04/08/2022, 21:06 WIB. Ingin Beli Produk Louis Vuitton untuk Pertama Kali? Perhatikan 5 Hal Ini. Wellness. 04/08/2022, 15:00 WIB Benarkah Tak Lagi Cemaskan Masa Depan? Lady Boss. 04/08/2022, 18:37 WIB. Dian Sastrowardoyo Kuliah Jurusan Filsafat, Apa Saja Prospek Kerjanya Padamasa itu mahal al-waraqah berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban. Aktivitas utamanya adalahmembuat naskah dan menulis kaligrafi buku. 2. Observatorium dan Rumah Sakit Pada masa Dinasti Abbasiyah, observatorium dan rumah sakit digunakan sebagai tempat penelitian dan pembelajaran, disamping tempat pengobatan. Fast Money. Penelitian ini bertujuan membahas secara mendasar mengenai capaian Dinasti Abbasiyah peradaban dan kontribusinya bagi dunia. Metode penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui analisis teori serta studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa capaian Dinasti Abbasiyah mendapati kepesatan pada bidang ekonomi, politik, sosial hingga ilmu pengetahuan. Penelitian ini memiliki signifikasi untuk pengembangan diskursus ilmu literatur sejarah Islam, mengingat diskursus tersebut sangatlah banyak. Kesimpulan pada penelitian ini adalah Dinasti Abbasiyah memimpin kekuasaan Islam dan dapat menyebarluaskannya dengan baik di Baghdad. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 DINASTI ABBASIYAH CAPAIAN PERADABAN DAN KONTRIBUSINYA BAGI DUNIA Adha Santri Madani,1 Fakhri Putra Tanoto,2 Nisa Halwati,3 1Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta almadaniadha 2Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta fakhriputra12 3Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta nisahalwati2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan membahas secara mendasar mengenai capaian Dinasti Abbasiyah peradaban dan kontribusinya bagi dunia. Metode penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui analisis teori serta studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa capaian Dinasti Abbasiyah mendapati kepesatan pada bidang ekonomi, politik, sosial hingga ilmu pengetahuan. Penelitian ini memiliki signifikasi untuk pengembangan diskursus ilmu literatur sejarah Islam, mengingat diskursus tersebut sangatlah banyak. Kesimpulan pada penelitian ini adalah Dinasti Abbasiyah memimpin kekuasaan Islam dan dapat menyebarluaskannya dengan baik di Baghdad. ABSTRACT This study aims to discuss fundamentally the achievements of the Abbasid dynasty of civilization and its contribution to the world. This research method is qualitative by using descriptive method through theoretical analysis and literature study. The results of this study conclude that the achievements of the Abbasid dynasty found speed in the fields of economy, politics, social and science. This research has significance for the development of Islamic historical literature discourse, considering that there are many discourses. The conclusion of this study is that the Abbasid dynasty led Islamic rule and was able to spread it well in Baghdad. Keyword Dinasti Abbasiyah, Sejarah Islam, Baghdad 2 1. PENDAHULUAN Islam sebagai agama yang benar tentu membawa ajaran yang sesuai dengan realitas serta prinsip kemanusiaan yang menjunjung tinggi harkat, martabat, serta derajat manusia. Islam datang membawa cahaya gemerlapan di tengah-tengah manusia yang berada dalam kegelapan. Islam juga datang membawa petunjuk agar manusia selamat duni dan akhirat. Sejarah telah membuktikan kebenarannya bahwa Islam pernah menjadi adikuasa di bumi ini. Peradaban Islam mencapai puncaknya pada Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan Dinasti yang berkuasa setelah Dinasti Umayyah di Damaskus runtuh. Setelah keruntuhannya, Dinasti Abbasiyah membangun peradaban Islam atas asas ilmu pengetahuan. Runtuhnya Dinasti Ummayah ketika Marwan selaku khalifahnya dibunuh pada tahun 750 M. Ketika itu Abu Al-Abbas mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah. Abbas mendapat gelar Al-Saffah yang berarti penumpah atau peminum darah. Gelar tersebut diberikan kepadanya karena dia mengeluarkan dekret kepada gubernurnya yang berisi perintah untuk membunuh tokoh-tokoh Bani Ummayah. Tidak sampai disitu, Abbas pun melakukan perbuatan keji dengan menggali kuburan para khalifah Bani Ummayah kecuali Umar II, dan tulang-tulangnya dibakar. Maka dari itu, berdirilah Dinasi Abbasiyah ini menuju kekuasaan yang bersifat internasional. Sebelum Abbas meninggal, ia mengangkat saudaranya yangg bernama Abu Ja’far 754-755 dan diberinya gelar Al-Mansur yang berarti sultan Tuhan di atas bumi-Nya. 2. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif. Penelitian kualitatif dikatakan sebagai rangkaian penelitian yang mampu menghasilkan data berupa deskriptif kata-kata baik tertulis atau lisan dari objek atau perilaku manusia yang dapat diamati. Penelitian ini juga menggunakan analisis teori dan studi kepustakaan. Analisis teori adalah salsah satu teknik dalam penelitian yangg menjadiikan teori sebagai acuan dari kebenaran, fakta, dan keadaan objek yang diteliti. Analisis teori digunakan sebagai alat pembacaan realitas yang kemudian dikonstruksikan menjadi deskripsi yang argumentatif. Studi kepustakaan dipakai untuk memperkaya literatur penelitian, agar kemudia dapat ditarik sebuah kesimpulan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pencapaian Peradaban Dinasti Abbasiyah Berdirinya Dinasti Abbasiyah berawal sejak rapuhnya kekuasaan Bani Ummayah yang berujung pada keruntuhan Dinasti Ummayah di Damaskus. Dengan Wahyudin Darmalaksana, “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan,” Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–6, Penelitian L. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Bandung Remaja Rosdakarya, 2007, 8. Hamad, “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana,” Jurnal Komunikasi, 2007, 325–44. 3 segala konflik yang dialami oleh Bani Ummayah, menjadikan Bani Abbasiyah maju sebagai pengganti kepemimpinan umat Islam. Bani Abbasiyah mendapatkan dukungan dari masyarakat, terutama dari kalangan Syi’ah. Dukungan tersebut sebagaimana yang dijanjikan oleh Bani Abbasiyah untuk menegakkan kembali keadilan seperti yang dipraktikan oleh Khulafaurrasyidin. Sejarah penamaan Dinasti Abbasiyah diambil dari salah satu paman Nabi Muhammad Saw yang bernama Al-Abbas ibn Abd Al-Muthalib ibn Hisyam. Menurut as-Suyuthi, ia adalah seorang yang bermoral tinggi, memiliki loyalitas, disegani, berpikir luas, pemalu, dan bertingkah laku baik. Ia sopan dan menepati janji sesuai waktunya. Namun, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di awal kekuasaannya, dapat disebutkan bahwa khalifah pertama ini berwatak keras, terutama kepada siapa saja yang tidak sepaham dengan keinginannya Gelar as Saffab si haus darah yang disandangnya merepresentasikan sifat dan watak al-Abbas yang "haus darah". Kekerasan Abu al-Abbas dapat diduga karena rasa dendam yang begitu mendalam terhadap kezaliman Dinasti Bani Umayyah yang selalu menumpas setiap para penentangnya. Perjalanan hidupnya yang dipengaruhi oleh suasana permusuhan para penentang penguasa Bani Umayyah ikait membentuk wataknya menjadi keras. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Bani Abbasiyah mengakui lebih berhak dari Bani Ummayah atas kekhalifahan Islam, hal ini jika ditelusuri secara garis keturunan Bani Abbasiyah lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, Bani Ummayaah menguasaii bangku kekhalifahan Islam secara paksa melalui tragedi Perang Siffin. Kekuasaan Bani Abbasiyah berlangsung selama lima abad sejak tahun 750 1258 M. Periode Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi lima, yaitu 1. Periode I 132 H - 232 H / 750 M – 847, Persia. 2. Periode II 232 H – 334 H / 847 M – 945 M, Turki I. 3. Periode III 334 H – 447 H / 945 M – 1055 M, Pemerintahan Dinasti Buwaih. 4. Periode IV 447 H – 590 H / 1055 M – 1194 M, Bani Seljuk Turki II 5. Periode V 590 – 656 H / 1194 M – 1250 M, periode yang terbebas dari pengaruh Dinasti lainnya. Pemerintahan Dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasannya pada masa khalifah Harun Al-Rashid dan putranya yang bernama Al-Ma’mun. Secara politis, para khalifah adalah tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan dan agama. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Harun ar-Rasyid oleh sejarawan dianggap sebagai khalifah paling besar dan cemerlang yang membawa Dinasti Abbasiyah ke zaman keemasannya. Ia memerintah selama 23 tahun dan kekayaan banyak dimanfaatkan Harus Al-Rashid untuk keperluan sosial seperti dibangunnya rumah sakit, lembaga pendidikan dan yang lainnya. 4 Dalam kitab-kitab sejarah pun ia mendapat pembahasan yang paling panjang di antara khalifah lainnya. mengomentari pemerintahan Harun ar-Rasyid dengan tulisannya "Harun's reputation was for a long time inflated and idealized in th East and West, perhaps largely because of his legendary role as a figure in some of the tales in The Arabian Nights. The Caliphate reached i peak of power, wealth, and culture in his time." Nama Harun dalam masa yang begitu lama amat termahsyur dan menjadi buah bibir, baik di Timur maupun di Barat, mungkin sebagian besarnya disebabkan karena ia merupakan tokoh legendaris dalam sebagian kisah Seribu Satu Malam. Khalifah mencapai puncak kekuasaan, kemakmuran, dan kebudayaan, pada masanya. Pada masa tersebut dapat dianggap bahwa kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan berada pada zaman keemasan. Baghdad saat itu muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa. Kejayaanya berjalan seiring dengan kemakmuran kerajaan, terutama ibu kotanya. Sehingga saat itu Baghdad menjadi kota yang tidak ada bandingannya di sekitar Jazirah Arab. Masa khalifah Al-Ma’mun setelah menggantikan Harus Al-Rashid dikenal dengan sangat cintanya kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku asing tersebut, Al-Ma’mun rela sampai menggaji penerjemah dari penganut agama lain yang ahli. Ia juga mendirikan lembaga pendidikan yang salah satunya bernama Baitul Hikmah. Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Institusi ini merupakan kelanjutan dari institusi serupa di masa imperium Sasania Persia yangg bernama Jundishapur Academy. Baitul Hikmah dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Byzantium, bahkan Ethiopia dan India. Kontribusi Dinasti Abbasiyah Untuk Peradaban Dunia Kontribusi Dinasti Abbasiyah yang terlihat adalah bidang ilmu pengetahuan terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Lihat misalnya Abu Ja'far Muhammad Ibn Jarir ath-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Mulke Jilid IX; Beirut Dar el-Fikr, 1987. Ia menjadi figur yang legendaris karena cerita-cerita tentang dirinya dalam kitab Alf Laylah wa Laylah 1001 Malam. Lihat Encyclopedia Americana Vol. XIII; New York Americana Corporation, 1976, hlm. 834. 30 Dikutip oleh Joesoef Souyb, Sejarah Daulat Abbasiyah I Jakarta Bulan Bintang, 1977, hlm. 103. 5 Al-Fargani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al- Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama al-Razi dan Ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibn Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Diantara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibbyang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah. Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata “aljabar” berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas’udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Diantara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma’aadzin al-Jawahir. Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya ialah al-Syifa’. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme. Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Kelebihan dan Kekurangan Pemerintahan Abbasiyah Kelebihan Pemerintahan Abbasiyah a. Ekonomi Dinasti Abbasiyah dipimpin oleh para Khalifah yang cerdas dan kuat, seperti al-Mansur, al-Rasyid dan al-Ma’mun, sehingga dinasti ini mampu bertahan selama berabad-abad. Dinasti Abbasiyah mewarisi wilayah-wilayah kekuasaan Bani Umayah yang sangat luas. Dinasti Abbasiyah berhasil mengukir sejarah sebagai dinasti Islam era keemasan dan zaman yang paling gemilang 6 serta zaman yang paling sempurna. Pada era ini kemajuan di bidang ekonomi, politik, sosial, militer dan ilmu pengetahuan berhasil diraih. Peradaban Abbasiyah berpusat di Baghdad dan menjadi pusat pengendalian pemerintahan, Bagdad merupakan sebuah kota yang terletak di daerah yang sangat strategis bagi perniagaan dan perdagangan. Oleh sebab perekonomian berkembang pesat dan jumlah penduduk juga merupakan faktor turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi dinasti Abbasiyah. Adapun komoditi yang menjadi primadona pada masa itu adalah bahan pakaian atau tekstil yang menjadi konsumsi pasar Asia dan Eropa. Sehingga industry di bidang penenunan seperti kain, bahan-bahan sandang lainnya dan karpet berkembang pesat. Bahan-bahan utama yang digunakan dalam industri ini adalah kapas, sutra dan wol. Industri lain juga yang berkembang pesat adalah pecah belah, keramik dan parfum. Disamping itu, perkembangan juga industri kertas dengan memanfaatkan ahli teknologi Cina, yaitu dengan memanfaatkan mereka yang tertawan dalam pertempuran di Asia Tengah pada tahun 751 alat tukar menggunakan mata uang dinar emas dan dirham perak. Penggunaan mata uang ini secara ekstensif mendorong tumbuhnya perbankan. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi yang melakukan perjalanan jauh, sangat beresiko jika membawa kepingan-kepingan tunai uang. Sehingga bagi para pedagang yang melakukan perjalanan digunakan sistem yang dalam perbankan modern disebut cek, yang waktu itu dinamakan Shakk. Dengan adanya sistem ini pembiayaan menjadi fleksibel. Artinya uang bisa didepositokan di satu bank di tempat tertentu, kemudian bisa ditarik atau dicairkan lewat cek di bank yang lain. Dan cek hanya bisa dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yaitu bank. Lebih jauh bank pada masa ini kejayaan Islam juga sudah memberikan kredit bagi usaha-usaha perdagangan dan industry. Selain itu bank juga sudah menjalankan fungsi sebagai Currency Exchange penukaran mata uang.Kemajuan dinasti Abbasiyah di bidang ekonomi berimbas kepada kemakmuran rakyat secara keseluruhan pada masa Harun al-Rasyid dan putranya al-Ma’mun. b. Sains, Filsafat dan Peradaban Hal yang spektakuler dari kemajuan Dinasti Abbasiyah adalah perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat, kebudayaaj dan peradaban. Kemudian di bidang ini menjadi ciri menonjol pada dinasti ini dibandingkan Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam Jakarta Pustaka Intermasa, 2009, 100. Phillip Hitti, History of The Arab Macmillan London, 1974, 320. 7 dinasti-dinasti Islam lainnya. Bahkan, kemajuan di bidang ini telah mencapai puncaknya. Kemajuan yang begitu pesat dibidang ilmu pengetahuan sekurang-kurangnya dapat disebabkan oleh tujuh faktor, antara kontrak antara Islam dan Persia menjadi jembatan perkembangnya ilmu pengetahuan dan filsafat. Hal ini mengingat secara kultural, Persia memang banyak berperan dalam pengembangan tradisi keilmuan Yunani. Salah satu lembaga yang berperan dalam penyebaran tradisi Helenistik Yunani di Persia adalah Akademi Jundishapur, yang merupakan warisan dari kekaisaran Sassaniyah. Selain Jundishapur, terdapat pula pusat-pusat ilmiyah Persia lainnya, yaitu Salonika, Ctesiphon dan Nishapur. Kedua, entos entelektual dan dukungan penuh para Khalifah, terurama Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun, terhadap ilmu pengetahuan. Dengan demikia, dapat dikatakan bahwa peradaban Islam diprakarsai oleh penguasa dan memperoleh patronase penguasa yang dalam hal ini diawali pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun. Ketiga, peranan keluarga Barmak yang ditugaskan untuk mendidik khalifah dan keluarga istana. Keluarga ini terkenal karena kecerdasan dan keluhuran budinya. Pada perjalanan hidup berikutnya, secara turun menurun, keluarga Barmak banyak mencurahkan waktunya untuk mencerahkan intelektual keluarga istana Bani Abbas, bahkan kemudian dipercaya menjadi orang kedua di dalam pemerintahan sebagai wazir Dinasti Abbasiyah sampai masa dinasti kekhalifahan Harun al-Rasyid. Keempat, kegiatan penerjemahan literature-literatur Yunani ke dalam bahasa Arab demikian besar dan didukung oleh alokasi dana yang besar pula yang disediakan Khalifah. Diriwayatkan bahwa imbalan yang diberikan kepada para penerjemah adalah berupa emas seberat buku yang diterjemahkan. Para penerjemah berasal dari kalangan Muslim dan non-muslim. Kendati demikian, yang justru paling terkenal adalah penerjemah non-muslim seperti Hunain bin Tshak dan Tsabit bin Qurrah. Kelima, relative stabilnya kekuasaan dan tidak adanya pembukaan wilayah baru serta tidak adanya pemberontakan-pemberontakan yang merongrong kekuasaan Abbasiyah. Hal ini mendorong konsentrasi pemerintahan Abbasiyah untuk menggalakkan bidang pembangunan di berbagai aspek, termasuk bidang intelektual. Keenam, adanya kebudayaan yang heterogen di Baghdad menimbulkan proses interaksi antara satu kebudayaan dan kebudayaan lainnya. Di Baghdad terdapat empat kebudayaan yang berlainan, yaitu kebudayaan Arab, Persia, Yunani, dan Hindu. Tidak dapat dihindari bahwa dalam keempat kebudayaan Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam Jakarta Pustaka Intermasa, 2009, 101-102. 8 tadi terjadi proses asimilasi, saling memberi dan menerima, serta saling mempengaruhi. Hal ini telah memberi dampak yang besar terhadap perkembangan intelektual masyarakat pada masa itu. Ketujuh, situasi sosial Baghdad yang kosmopolit dimana berbagai macam suku, ras, dan etnis serta masing-masing kulturnya yang berinteraksi satu sama lain, menforong pemecahan masalah dari pendekatan intelektual. Untuk melengkapi kebutuhan pengkajian dan pengembangan keilmuan, Harun al-Rasyid lalu mendirikan perpustakaan yang diberi nama Bait al-Hikmah. Lembaga in selain berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penerjemahan, juga berfungsi sebagai akademi. Cabang-cabang ilmu yang diutamakan dalam Bait al-Hikmah adalah filasafat, ilmu kedokteran dan sejarah. Ilmuan-Ilmuan Islam tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, melainkan juga menambahkan kedalamnya hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dilapangan ilmu pengetahuan dan filsafat. Dengan demikian muncullah ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filosof-filosof Islam. Karangan mereka tidak hanya terbatas dalam lapangan filsafat, melainkan juga meliputi lapangan ilmu buku-buku Yunani merupakan salah satu faktor dalam gerak intelektual yang dibangkitkan dalam dunia Islam abad ke-9 M, dan terus berlanjut sampai abad ke-12 M. Selain filsafat, penerjemahan berlangsung di bidang ilmu-ilmu alam dan metafisika seperti ilmu kedokteran, matematika dan astronomi. Buku-buku itu ,ula-mula diterjemahkan dari bahasa Pahlavi dan Syria, kemudian juga dari bahasa Yunani dan Sansekerta. Dalam hal ini, dapat disebutkan bahwa terjadinya transfer atau pemindahan ilmu dari luar Islam ke dalam Islam dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu 1 ilmu-ilmu kealaman dan filsafat di transfer dari Yunani, 2 ilmu-ilmu kedokteran dan pengobatan dari Persia, serta 3 ilmu-ilmu terapan dari India dan Cina. Kemajuan dan perkembangan ilmu, filsafat, dan keudayaan di dunia Islam pada masa Dinasti Abbasiyah memunculkan banyak sekali nama para ahli di bidangnya. Dalam kelompok tokoh asli filasat terkenal nama al-Kindi, ar-Razi, al-Farabi, Ibnu Sina, dan al-Ghazali. Selain ahli filsafat nama ar-Razi dan Ibnu Sina juga dikenal dengan dokter. Di bidang ilmu pengetahuan terkenal nama-nama al-Khawarimi, Ibnu al-Haitsam, Jabir bin Hayyan, al-Biruni, ath-Thaberanial-Farghani, dan al-Fazari. Dalam bidang arsitektur dan seni, periode Abbasiyah menampilkan gedung-gedung yang megah, masjid-mesjid yang besar, dan lukisan-lukisan yang indah. Puncak peradaban memang terjadi pada masa ini. Sementara itu, di Eropa pada waktu yang bersamaan justru terjadi hal yang sebaliknya. Pada masa itu Eropa mengalami masa kegelapan atau masa kemunduran pada titik 9 yang terendah, para sejarawan sepakat bahwa masa ini disebut masa the dark age bagi Eropa, yang berlangsung di abad pertengahan. Pada abad ke-11 M, mulai sadar akan adanya peradaban Islam yang tinggi di Timur. Melalui Spanyol, Silsilia, dan Perang Salib, peradaban itu sedikit-demi sedikit dibawa ke Eropa, sejak itu mulailah Eropa mengenal sains dan peradaban Islam. Disamping itu mereka juga mengenal rumah-rumah sakit, pemandian-pemandian umum, bahan-bahan makanan Timur, dan bahan-bahan pakaian dan peralatan rumah tangga dari Timur. Eropa juga mulai mengenal filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari Islam-lah Eropa mengenal dan mempelajari filsafat dan sains. Tidak mengherankan, kalau Gustav Lebon mengatakan, orang Arab lah yang menyebabkan kita mempunyai peradaban karena mereka adalah imam kita selama enam abad. Rom Laudau mengakui bahwa dari orang Islam periode klasik inilah orang Barat belajar berfikir obyektif dan logis serta belajar lapang dada disaat Eropa diselubungi oleh suasana pikiran yang sempit, tidak ada toleransi terhadap kaum minoritas, dan oleh suasana penindasan terhadap pikiran mereka. Hal inilah yang menjadi bimingan dan inspirasi bagi renaisans Eropa yang kemudian membawa kepada kemajuan bagi peradaban Barat sekarang,Kekurangan Pemerintahan Abbasiyah Salah satu penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah moral yang bejat para pejabat pemerintahan maupun masyarakat. Dari pendapat Komarudin Hidayat tersebut bahwa salah satu penyebab kemunduran suatu pemerintahan adalah moral yang bejat para pejabat pemerintah, seperti korupsi, berjudi, mabuk-mabukan, main perempuan, berpoya-poya dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan kemunduran pemerintahan. Sebesar apapun kekuasaan atau pemerintahan akan mengalamikemunduran dan kehancuran apabila suatu Negara atau pemerintahan tersebut pejabat dan rakyatnya tidak bermoral dan nilai-nilai akhlak yang semakin merosot. Peristiwa kemunduran yang berdampak pada kondisi kekhilafahan Abbasiyah terbagi menjadi tiga, yaknia. Di tangan bangsa Turki para Khalifah telah menjadi boneka yang bisa digerak-gerakkan sesuai keinginan mereka, lalu melemparkannya ke tanah kapan pun mereka mau. Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam Jakarta Pustaka Intermasa, 2009, 103-105. Komarudin Hidayat, Agama Masa depan Perspektif Filsafat Perennial, Jakarta Gramedia Pustaka Utamma, 2003, 207. Yusuf Al-Isy, Dinasti Abbasiyah Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2014, 119-120. 10 b. Sebagai akibat dari yang pertama, berbagai wilayah berdiri sendiri dan menjauh dari Khalifah Abbasiyah. Para pemimpin mulai mengatur Negara sendiri dengan cara menggunakan kesempatan situasi kekhalifahan yang buruk. c. Revolusi frontal di Irak yang dilakukan secara tiba-tiba telah menyedot perhatian semua orang dan hampir-hampir memunahkan segala sesuatu. Revolusi tersebut adalah revolusi Zang. Peristiwa, fitnah dan fenomena yang buruk tersebut tidak berhasil melenyapkan Negara Abbasiyah secara keseluruhan. Namun, semua kejadian tersebut paling tidak telah merendahkan martabat Khalifah. Meskipun begitu, semua itu bisa dihapuskan dan pemerintahan Negara tetap berlangsung dengan system kekhalifahan. Setelah Negara telah berhasil mengentaskan dirinya dari kondisi yang hina, menyingkirkan bangsa Turki, dan melenyapkan revolusi Zang. Dalam kondisi kacau balau dan kemunduran kekuasaan khalifah, muncul revolusi besar-besaran yang disebut dengan revolusi Zang. Revolusi tersebut mengancam keberadaan Negara Abbasiyah lebih dari ancaman bangsa Turki. Revolusi Zang terjadi di Irak. revolusi ini terbentang dari Bashrah hingga pintu-pintu Baghdad, menguasai sebagian besar Irak, memboikot bantuan ke ibu kota khilafah, memecah elah manusia, serta menjadikan bangsa Arab dan Non-Arab sebagai budak. Dan dimana-mana darah mengalir laksana sungai. Apa yang menyebabkan revolusi Zang ini terjadi? Penyebabnya tidak langsung adalah kelemahan Khalifah Abbasiyah yang memberikan kebebasan kepada para pemberontak untuk melakukan aktivitasnya. 4. KESIMPULAN Runtuhnya Dinasti Ummayah ketika Marwan selaku khalifahnya dibunuh pada tahun 750 M. Ketika itu Abu Al-Abbas mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah. Abbas mendapat gelar Al-Saffah yang berarti penumpah atau peminum darah. Kekuasaan Bani Abbasiyah berlangsung selama lima abad sejak tahun 750 1258 M. Periode Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi lima, yaitu 6. Periode I 132 H - 232 H / 750 M – 847, Persia. 7. Periode II 232 H – 334 H / 847 M – 945 M, Turki I. 8. Periode III 334 H – 447 H / 945 M – 1055 M, Pemerintahan Dinasti Buwaih. 9. Periode IV 447 H – 590 H / 1055 M – 1194 M, Bani Seljuk Turki II 10. Periode V 590 – 656 H / 1194 M – 1250 M, periode yang terbebas dari pengaruh Dinasti lainnya. Pemerintahan Dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasannya pada masa khalifah Harun Al-Rashid dan putranya yang bernama Al-Ma’mun. Secara politis, 11 para khalifah adalah tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan dan agama. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Kontribusi Dinasti Abbasiyah yang terlihat adalah bidang ilmu pengetahuan terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dan salah satu penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah moral yang bejat para pejabat pemerintahan maupun masyarakat. Dari pendapat Komarudin Hidayat tersebut bahwa salah satu penyebab kemunduran suatu pemerintahan adalah moral yang bejat para pejabat pemerintah, seperti korupsi, berjudi, mabuk-mabukan, main perempuan, berpoya-poya dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan kemunduran pemerintahan. DAFTAR PUSTAKA Darmalaksana, Wahyudin. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan.” Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–6. Penelitian Hamad. “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana.” Jurnal Komunikasi, 2007, 325–44. Moleong, L. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosdakarya, 2007. Abu Ja'far Muhammad Ibn Jarir ath-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Mulke Jilid IX; Beirut Dar el-Fikr, 1987. Ia menjadi figur yang legendaris karena cerita-cerita tentang dirinya dalam kitab Alf Laylah wa Laylah 1001 Malam. Encyclopedia Americana Vol. XIII; New York Americana Corporation, 1976, hlm. 834. 30 Dikutip oleh Joesoef Souyb, Sejarah Daulat Abbasiyah I Jakarta Bulan Bintang, 1977, hlm. 103. Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam Jakarta Pustaka Intermasa, 2009, 100. Phillip Hitti, History of The Arab Macmillan London, 1974, 320. Komarudin Hidayat, Agama Masa depan Perspektif Filsafat Perennial, Jakarta Gramedia Pustaka Utamma, 2003, 207. Yusuf Al-Isy, Dinasti Abbasiyah Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2014, 119-120. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi LapanganWahyudin DarmalaksanaDarmalaksana, Wahyudin. "Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan." Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1-6. Penelitian Remaja RosdakaryaL MoleongMetode PenelitianKualitatifMoleong, L. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosdakarya, HidayatKomarudin Hidayat, Agama Masa depan Perspektif Filsafat Perennial, Jakarta Gramedia Pustaka Utamma, 2003, 207. Uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyahuraikan tingkat kedua proses penulisan buku pada masa abbasiyah!​Uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyahuraikan tingkat kedua dr proses penulisan buku pada masa abbasiyah uraikan tingkat pertama dr proses penulisan buku pada masa Abbasiyah menerjemahkan buku2 dr bahasa anehyunani,syiria ibrani,persia,india,mesir,dan lainke dlm bahasa yg di terjemahkan mencakup ilmu kedokteran ,mantiqnalar,filsafat,aljabar,pesawat,ilmu ukur,ilmu alam,ilmu kimia,ilmu binatang,dan ilmu falak. semoga menolong yah uraikan tingkat kedua proses penulisan buku pada masa abbasiyah!​ Jawaban tingkat ke-2 pada masa Abbasiyah ialah pembukuan ide wangsit serupa hadis hadis dlm 1 buku,hukum hukum fiqih di1 buku,cerita sejarah di1 buku & seterusnya. Uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah Perkembangan ilmu pengetahuan di masa Abbasiyah Pada masa abbsiyah ini terdapat perkembangan ilmu wawasan, antara lain sebagai berikut Menerjemahkan buku-buku dr bahasa aneh Yunani,Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir, & lain-lain ke dlm bahasa Arab. Buku-buku yg diterjemahkan meliputi ilmu kedokteran, mantiq akal, filsafat, aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu kimia, ilmu hewan, & ilmu keagamaan mirip fikih, seruan fikih, hadis, mustalah hadis, tafsir, & ilmu bahasa kian berkembang karena di zaman Bani Umayyah usaha ini telah dirintis. Pada masa ini timbul ulama-ulama terkenal mirip Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan Al Basri, Abu Bakar Ar Razy, & lain-lain.[4]Sejak upaya penerjemahan meluas, kaum muslim dapat mempelajari ilmu-ilmu ilmu-ilmu itu eksklusif dlm bahasa arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yg turut memperluas peyelidikan ilmiah, memperbaiki atas kekeliruaan pemahaman kesalahan pada masa lampau, & membuat pertimbangan -usulan atau wangsit penulisan buku pada masa abassiyah masih sangat jauh untuk diungkapkan dengan-cara rincian uraikan tingkat kedua dr proses penulisan buku pada masa abbasiyah tingkat ke-2 pada masa Abbasiyah ialah pembukuan wangsit wangsit serupa hadis hadis dlm 1 buku,hukum aturan fiqih di1 buku,cerita sejarah di1 buku & seterusnya. uraikan tingkat pertama dr proses penulisan buku pada masa Abbasiyah Pada masa abbsiyah ini terdapat kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain sebagai berikut Menerjemahkan buku-buku dr bahasa ajaib Yunani,Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir, & lain-lain ke dlm bahasa Arab. Buku-buku yg diterjemahkan mencakup ilmu kedokteran, mantiq nalar, filsafat, aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu kimia, ilmu hewan, & ilmu keagamaan mirip fikih, usul fikih, hadis, mustalah hadis, tafsir, & ilmu bahasa makin berkembang sebab di zaman Bani Umayyah usaha ini telah dirintis. Pada masa ini muncul ulama-ulama terkenal seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan Al Basri, Abu Bakar Ar Razy, & lain-lain.[4]Sejak upaya penerjemahan meluas, kaum muslim mampu mempelajari ilmu-ilmu ilmu-ilmu itu eksklusif dlm bahasa arab sehingga timbul sarjana-sarjana muslim yg turut memperluas peyelidikan ilmiah, memperbaiki atas kekeliruaan pengertian kesalahan pada masa lalu, & membuat usulan-pendapat atau ilham gres. - Daulah Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam ketiga yang berkuasa antara 750-1258. Selain menjadi kekhalifahan yang paling lama memerintah, yaitu selama lima abad, Abbasiyah juga berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Dinasti Abbasiyah resmi berdiri setelah memenangkan revolusi atas Kekhalifan Bani Umayyah pada tahun Dinasti Abbasiyah yang sekaligus menjadi khalifah pertamanya adalah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan Abdul Abbas As-Saffah. Berikut ini latar belakang berdirinya Dinasti Abbasiyah. Baca juga Faktor Penyebab Runtuhnya Kekhalifahan Bani Umayyah Krisis pada pemerintahan Bani Umayyah Latar belakang berdirinya Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari berbagai masalah yang mewarnai pemerintahan Bani Umayyah. Sejak awal berdirinya Dinasti Umayyah Sunni, kelompok Muslim Syiah telah memberontak karena merasa hak mereka terhadap kekuasaan dirampok oleh Muawiyah pendiri Bani Umayyah dan keturunannya. Begitu pula dengan kelompok Khawarij, yang juga merasa bahwa hak politik tidak dapat dimonopoli oleh keturunan tertentu, tetapi hak setiap Muslim. Masalah itu terus memburuk hingga pada pertengahan abad ke-8, banyak umat yang tidak lagi mendukung Bani Umayyah, yang dinilai korup, sekuler, dan memihak sebagian kelompok. Kelompok lain yang sangat membenci kekuasaan Dinasti Umayyah adalah Mawalli, yaitu orang-orang Muslim non-Arab. Mereka yang kebanyakan dari Persia ini merasa tidak diperlakukan setara dengan orang Arab karena diberi beban pajak lebih tinggi. Keadaan pun semakin diperburuk oleh perang saudara antara sesama Bani Umayyah, yang oleh masyarakat telah dicap bermoral buruk. Baca juga Revolusi Abbasiyah, Runtuhnya Kekhalifahan Bani Umayyah Revolusi Abbasiyah Wikimedia Commons/Muhammad Bal'ami Abu as-Saffah selama Revolusi Abbasiyah di Kufah. Permasalahan yang menimpa pemerintahan Bani Umayyah memicu lahirnya Gerakan Abbasiyah sendiri diambil dari nama paman Nabi Muhammad SAW, Al-Abbas. Gerakan ini berusaha menggulingkan Kekhalifahan Umayyah karena mengklaim Daulah Abbasiyah sebagai penerus sejati Nabi Muhammad, berdasarkan garis keturunan mereka yang lebih dekat. Dalam revolusinya, Daulah Abbasiyah berbekal janji akan mendirikan sistem yang lebih ideal bagi umat Islam, daripada Dinasti Umayyah yang dinilai sebagai penindas dan tidak memiliki legitimasi keagamaan. Gerakan yang dilakukan Bani Abbasiyah pun didukung oleh sebagian besar orang Arab yang dirugikan Umayyah, dengan tambahan faksi Yaman, Mawali, Khawarij, dan Syiah. Kelompok inilah yang mendukung Abdul Abbas As-Saffah, keturunan paman Nabi Muhammad, untuk melakukan revolusi guna menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah. Baca juga Abu Muslim Al Khurasani, Panglima Abbasiyah yang Berakhir Dimutilasi Selain, Abdul Abbas As-Saffah, salah satu tokoh yang berperan dalam proses berdirinya Daulah Abbasiyah adalah Abu Muslim Al Khurasani. Abdul Abbas As-Saffah merekrut Abu Muslim Al Khurasani sebagai agen propaganda sekaligus panglima perang. Peran Abu Muslim Al Khurasani begitu sentral ketika menjadi agen propaganda Gerakan Abbasiyah pada 746. Ia mampu menarik simpati rakyat Khurasan untuk menggalang kekuatan politik dan mendeklarasikan gerakan oposisi Abassiyah. Setahun kemudian, yakni pada 747, Abu Muslim Al Khurasani memimpin pemberontakan pada kekuasaan Bani Umayyah di Merv, sekarang masuk Tukmenistan. Pertempuran itu berlangsung hingga mampu menguasai Herat, Balkh, Tukharistan, Tirmidh, Samarqand, dan Bukhara. Peperangan Revolusi Abbasiyah memuncak pada 750, ketika terjadi Pertempuran Zab, yang menandai runtuhnya Bani Umayyah. Khalifah Bani Umayyah terakhir, Marwan II, berhasil ditangkap dan dibunuh di Mesir, sedangkan Abdul Abbas As-Saffah resmi memimpin Bani Abbasiyah sebagai khalifah pertamanya. Referensi Ismail, Faisal. 2017. Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik Abad VII-XII M. Yogyakarta Diva Press. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah